Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Konservasi Alam
Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Konservasi Alam
Sebelum saya akan mengulas panjang lebar tentang perubahan iklim, silahkan simak juga artikel saya yang lain tentang : Peluang bisnis online tanpa ribet dan TEAK 123 best teak garden furniture manufacturer wholesale in Indonesia
serta Disabilitas dan Pandangan Masyarakat
Oke, lanjut lagi ke artikelnya...
Akhir-akhir ini kita sering mendengar berita tentang musibah bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, badai salju, bencana kekeringan, dan lain sebagainya. Pada awalnya saya berpikir, mengapa bencana alam sekarang ini cenderung meningkat dari waktu-kewaktu? Sebenarnya saya sendiri kurang yakin juga jika bencana alam itu hanya banyak terjadi akhir-akhir ini, besar kemungkinan bencana alam juga sering terjadi dimasa lampau cuma kita saja yang tidak mengetahuinya, hal itu terbukti dari banyak cerita tentang kehancuran bumi dimasa lalu akibat bencana alam.
Bencana alam yang sering terjadi akhir-akhir ini apakah hanya terjadi disekitar kita (Indonesia)? Ternyata tidak juga, karena berdasarkan berita-berita dari negara-negara di dunia, mereka juga tidak luput dari bencana alam yang melanda negerinya. Lantas ada fenomena apa sebenarnya mengapa akhir-akhir ini banyak terjadi bencana alam dari seluruh dunia itu?
a. Fenomena Perubahan Iklim
Pada awal kehidupan manusia masalah bencana dan perubahan iklim mungkin saja belum begitu berperan dalam kehidupan manusia awal, kecuali pada masa-masa ekstrim seperti perubahan jaman es, dan sebagainya. Namun, setelah memasuki abad-abad terakhir, sebagian aktivitas manusia di bumi telah membuat planet ini kian panas.
Jika kita lihat kebelakang maka fenomena pemanasan global bisa dikatakan berawal sejak revolusi industri, tingkat karbon dioksida meningkat tajam diudara. Sebelum masa industri, aktivitas manusia tidak banyak mengeluarkan gas rumah kaca penyebab pemanasan global. dan perubahan iklim Namun dengan adanya pertumbuhan jumlah penduduk, pembabatan hutan, industri peternakan, dan penggunaan bahan bakar fosil menyebabkan gas rumah kaca di atmosfir bertambah banyak dan menyumbang pemanasan global.
Sebelum melanjutkan ke Perubahan Iklim, tidak ada salahnya jika kamu baca tentang VIAR Motor Indonesia dan Pulauweb Web Hosting Murah Indonesia
b. Perubahan Iklim di Indonesia
Indonesia mempunyai karakteristik khusus, baik dilihat dari posisi, maupun keberadaannya, sehingga mempunyai karakteristik iklim yang spesifik. Di Indonesia terdapat tiga jenis iklim yang mempengaruhi iklim di Indonesia, yaitu iklim musim (muson), iklim tropika (iklim panas), dan iklim laut. (Ref: http://iklim.dirgantara-lapan.or.id/)
Ketiga jenis iklim tersebut adalah:
1. Iklim Musim (Iklim Muson)
Iklim jenis ini sangat dipengaruhi oleh angin musiman yang berubah-ubah setiap periode tertentu. Biasanya satu periode perubahan angin muson adalah 6 bulan. Iklim musim terdiri dari 2 jenis, yaitu Angin musim barat daya (Muson Barat) dan Angin musim timur laut (Muson Tumur). Angin muson barat bertiup sekitar bulan Oktober hingga April yang basah sehingga membawa musim hujan/penghujan. Angin muson timur bertiup sekitar bulan April hingga bulan Oktober yang sifatnya kering yang mengakibatkan wilayah Indonesia mengalami musim kering/kemarau.
2. Iklim Tropis/Tropika (Iklim Panas)
Wilayah yang berada di sekitar garis khatulistiwa otomatis akan mengalami iklim tropis yang bersifat panas dan hanya memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Umumnya wilayah Asia tenggara memiliki iklim tropis, sedangkan negara Eropa dan Amerika Utara mengalami iklim subtropis. Iklim tropis bersifat panas sehingga wilayah Indonesia panas yang mengundang banyak curah hujan atau Hujan Naik Tropika.
3. Iklim Laut
Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah laut mengakibatkan penguapan air laut menjadi udara yang lembab dan curah hujan yang tinggi.
Jika kita cermati unsur iklim yang sering dan menarik untuk dikaji di Indonesia adalah curah hujan, karena tidak semua wilayah Indonesia mempunyai pola hujan yang sama, diantaranya ada yang mempunyai pola munsonal, ekuatorial dan lokal.
c. Hubungan Perubahan Iklim Terhadap Bencana Alam di Indonesia
Menurut beberapa sumber (Diantaranya dari http://iklim.dirgantara-lapan.or.id/), iklim di Indonesia telah menjadi lebih hangat selama abad 20. Suhu rata-rata tahunan telah meningkat sekitar 0,3 ˚C sejak 1900 dengan suhu tahun 1990an merupakan dekade terhangat dalam abad ini dan tahun 1998 merupakan tahun terhangat, hampir 1 ˚C di atas rata-rata tahun 1961-1990. Peningkatan kehangatan ini terjadi dalam semua musim di tahun itu. Curah hujan tahunan telah turun sebesar 2 hingga 3 persen di wilayah Indonesia di abad ini dengan pengurangan tertinggi terjadi selama perioda Desember- Febuari, yang merupakan musim terbasah dalam setahun.
Curah hujan di beberapa bagian di Indonesia dipengaruhi kuat oleh kejadian El Nino dan kekeringan umumnya telah terjadi selama kejadian El Nino terakhir dalam tahun 1082/1983, 1986/1987 dan 1997/1998. Lalu muncul pertanyaan, adakah hubungan antara bencana di Indonesia terkait dengan aktivitas global semacam pemanasan global serta El Nino? Jika ada, apa implikasinya terhadap bencana ekologi dan manajemen sumber daya air kita?
Banjir dan kekeringan pada dasarnya terkait dengan kemampuan alam dan manusia mengelola ketersediaan air di Bumi. Banjir terjadi karena jumlah air hujan yang turun di daratan dalam intensitas berlebihan pada saat alam tidak mampu menampung. Kemudian dalam skala lokal intensitas curah hujan yang amat ekstrem dalam waktu lama akan menjadi penyebab banjir besar dan longsor di banyak tempat. Sementara itu, kekeringan terjadi karena jumlah hujan yang turun tidak mencukupi kebutuhan kehidupan. Kemudian ketersediaan air yang kian terbatas akan meningkatkan kompetisi untuk mendapatkan dan tidak jarang menimbulkan konflik dalam pemanfaatan. (Ref: http://www.duniaesai.com/).
Jika kita melihat dalam skala lebih luas, peningkatan suhu secara global menyebabkan terjadinya percepatan pelelehan lapisan es di Kutub Utara dan Kutub Selatan sekaligus terjadinya pencairan dan penipisan lapisan gunung-gunung es di dunia. Dilain pihak kemarau panjang yang disebabkan fenomena El Nino yang memengaruhi siklus hidrologi lokal dan regional akan menyebabkan kian kritisnya ketersediaan air untuk menopang kebutuhan 6,5 miliar penduduk Bumi saat ini.
d. Potensi Banjir di Wilayah Indonesia
Berbicara mengenai potensi banjir di wilayah Indonesia, maka hal itu tidak dapat lepas dari gangguan terhadap siklus hidrologi di Indonesia itu sendiri. Siklus air/hidrologi yang mengalami gangguan tersebut baik langsung maupun tidak langsung akan berdampak terhadap musim atau iklim lokal di Indonesia, lebih jauh hal itu terlihat pada terjadinya perubahan musim hujan atau kemarau yang akan berdampak serius terhadap manajemen ketersediaan air.
Dampak lain yang juga serius adalah meningkatnya tinggi muka air laut yang terjadi hampir bersamaan dengan penurunan permukaan tanah (land subsidence) yang diakibatkan penurunan muka air tanah karena eksploitasi air tanah yang berlebihan dikota-kota besar. Keadaan ini akan menyebabkan sebagian wilayah kota yang selama ini relatif aman dari ancaman banjir akan menjadi daerah potensi banjir baru.
Jika eksploitasi air tanah terus berlangsung, maka penurunan muka tanah dan intrusi air laut kian sulit dicegah dan dikendalikan (Hal ini biasa terjadi di kota-kota besar yang berada di daerah pantai, seperti Jakarta, Semarang, Surabaya). Kondisi ini akan menyebabkan kerusakan lingkungan yang makin parah dan membutuhkan biaya besar untuk dapat memulihkannya.
e. Peranan Negara-Negara di Dunia
Peranan negara-negara di dunia dapat kita bagi menjadi 2, yaitu peran negatif dan peran positif.
Saya mengistilahkan peran negatif karena negara-negara di dunia sekarang ini pasti terlibat dalam menyumbang kerusakan ekosistem yang berdampak pada perubahan iklim, walaupun mungkin takarannya berbeda.
Kemudian peran yang kedua yaitu peran positif, hal itu terlihat dari adanya alternatif solusi dalam mengatasi masalah perubahan iklim global yang terus dilakukan oleh negara-negara di dunia, khususnya oleh negara-negara industri sebagai penyumbang gas karbon terbesar didunia yang sangat mencemari lingkungan serta berdampak luas pada perubahan iklim. Sedangkan untuk negara miskin dan berkembang, terutama yang memiliki hutan sebagai paru-paru dunia mendapatkan tugas untuk merawat hutannya, tentunya dengan kompensasi dari negara-negara industri.
Inovasi pengembangan teknologi yang mampu memecahkan masalah secara simultan merupakan salah satu pilihan yang harus dilakukan untuk menyelamatkan masa depan kita bersama. Untuk itu, perlu dikembangkan kerjasama semua pihak, baik dari negara maju maupun negara berkembang untuk menangani masalah perubahan iklim yang berdampak terhadap bencana global.
f. Adaptasi dan Mitigasi Bencana Perubahan Iklim
Kenapa adaptasi dan mitigasi saya masukkan dalam artikel pengaruh perubahan iklim ini?
Mungkin kita semua bisa mencermati bahwa keduanya (adaptasi dan mitigasi) saat ini menjadi penting karena menyangkut strategi menghadapi perubahan iklim. Ini bisa dikatakan sebagai solusi yang paling mudah dilakukan oleh masing-masing dari kita untuk ikut menekan pengaruh perubahan iklim.
Mitigasi dalam hal ini sering diartikan sebagai pengurangan. Sedangkan adaptasi (adaptation) artinya penyesuaian diri. Melalui mitigasi, usaha yang dapat dilakukan adalah mengurangi sebab pemanasan global dari sumbernya. Gunanya agar laju pemanasan itu melambat. Kemudian pada saat bersamaan, dapat dilakukan persiapan diri untuk beradaptasi dengan perubahan yang ada. Sehingga diharapkan akan ditemukan suatu titik temu yang menjamin kelangsungan hidup manusia.
Salah satu alternatif solusi (Saya kutip dari http://iklim.dirgantara-lapan.or.id/), dalam skala kecil, mitigasi bisa berupa gerakan cinta lingkungan seperti pengelolaan sampah, bike to work, mengurangi penggunaan plastik, menggunakan AC yang non CFC, hemat energi dan lain sebagainya. Sedangkan beradaptasi dapat dilakukan dengan melakukan penataan lingkungan, penghijauan, menjaga daerah resapan, daur ulang sampah, dan lain-lain, sehingga harapannya Pengaruh Perubahan Iklim Terhadap Konservasi Alam itu tidak berdampak pada bencana yang lebih buruk, atau minimal dapat menekan bencana agar tidak semakin merusak kehidupan manusia.
*****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar